Diary Ramadhan edisi 12 Ramadhan 1431H

Oleh: Fajar Budi Prasetyo

Al-Quran adalah salah satu mukjizat dari nabi kita Nabi Muhammad SAW. Tak perlu diragukan lagi ke-absahan nya. Salah satu buktinya yang termudah adalah tidak adanya perubahan konten Al-Quran selama lebih dari 1300 tahun; waktu yang sungguh luar biasa untuk sebuah “bacaan” yang dikaji oleh 1,5 miliar penduduk bumi. Jumlah itu hanyalah jumlah penduduk muslim sekarang, belum ditambah penduduk muslim dunia dari zaman nabi Muhammad hingga sekarang yang telah wafat, ditambah lagi penduduk dunia yang beragama lain yang juga mempelajari Al-Quran. Subhanallah.. Hal ini hanyalah satu dari banyak sekali kehebatan Al-Quran yang sebenarnya sudah dijamin oleh Allah dalam surat Al-Hijr ayat ke 9 Allah berfirman:

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.”

Begitu kira kira bagaimana Allah meyakinkan umatnya tentang keabadian Al-Quran. Bulan Ramadhan sendiri adalah bulan diturunkannya Al-Quran. Terlepas dari bagaimana Allah menurunkan Al-Quran, dan kapan waktu tepat diturunkannya, bulan Ramadhan menjadi sangat special bagi kita untuk kembali menjadikan Al-Quran sebagai pedoman hidup kita. Pernah saya mengikuti sebuah kajian tentang kehebatan Al-Quran. Di dalam kajian tersebut disebutkan, mengapa zaman sahabat sahabat terdahulu disebutkan sebagai generasi terbaik. Alasannya menurut pemberi materi saat itu ada 3:

  1. Menggunakan Al-Quran sebagai satu satunya sumber sebagai dasar pemikiran hidup kita
  2. Menerapkan apa yang kita baca dalam Al-Quran sebagai rukun hidup kita. Dalam arti kata, Allah menurunkan Al-Quran agar kita mengerti apa yang Allah “mau”.
  3. Berusaha membuang jauh-jauh apa yang Allah tidak suka dengan menjadikan Islam sebagai titik tolak perubahan kita.

Ulasannya masih cukup panjang, namun intinya ternyata juga pada Al-Quran lah sabahat-sahabat nabi berpedoman. Pada kesempatan kali ini saya ingin sedikit berbagi pada teman-teman tentang pengalaman saya belakangan ini berinteraksi dengan Al-Quran.

Ada kebiasaan khusus yang bapak saya contohkan ketika membaca Al-Quran. “Jangan lupa baca artinya, kandungan Al-Quran akan lebih terasa ketika kita mengerti apa yang kita baca..”. Semenjak saat itu saya kadang-kadang (kalo pas lagi semangat) menandai arti dari bacaan yang saya baca yang kira-kira sangat mengena pada saya pribadi (istilah sundana mah nujleb kitu tah..hehe). Ini adalah beberapa kejadian diantaranya.

Beberapa waktu kemaren saya sangat gelisah dengan kondisi beasiswa yang saya dapat. Karena satu dan lain hal beasiswa yang saya dapat tidak diterima secara penuh. Selain itu rencana rencana ke depan yang tadinya telah dipersiapkan secara matang mendadak batal semua. Beasiswa untuk melanjutkan kuliah tiba tiba gagal, tidak dapat dan lowongan pekerjaan pun masih nihil. Di saat keadaan yang tidak menentu seperti ini saya mencoba sedikit merenung. Apa yang salah ya? Tapi setelah sekian lama, jawabannya belum kunjung datang. Masih sedikit gundah gulana, sore itu saya coba untuk membuka Al-Quran. Dan seperti yang saya kira, belum sampai selembar Al-Quran itu saya baca, disurat Al-Ankabut ayat 60 sampai ayat 63 Allah menegur saya dengan cukup keras..

Ayat 60 : Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezekinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Ayat 61 : Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: “Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?” Tentu mereka akan menjawab: “Allah”, maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar).

Ayat 62 : Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia (pula) yang menyempitkan baginya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

Ayat 63 : Dan sesungguhnya jika kamu menanyakan kepada mereka: “Siapakah yang menurunkan air dari langit lalu menghidupkan dengan air itu bumi sesudah matinya?” Tentu mereka akan menjawab: “Allah”, Katakanlah: “Segala puji bagi Allah”, tetapi kebanyakan mereka tidak memahami(nya).

Allahu Akbar..Maha Suci Allah yang menurunkan Al-Quran..Semua sumber jawaban ternyata bermula dari Al-Quran. Seketika saya terdiam dan mengutuki perbuatan saya yang sangat tidak bersyukur. Bahkan Allah sendiri yang menjamin bahwa nyamuk adalah makanan cicak. Saya jadi teringat salah satu khutbah Aa Gym dalam ceramah nya di PT.Samsung. Beliau bercerita bagaimana cicak yang tidak pernah stress sedikitpun walaupun rezekinya adalah nyamuk atau serangga yang notabene punya sayap semua. Bagaimana bisa dia tetap hidup dan masih bisa berkembang biak kalau bukan Allah yang menjamin rezekinya..

Sebenarnya banyak sekali hikmah yang saya dapatkan dari Al-Quran ketika saya benar-benar mencoba untuk mencari jawaban dari permasalahannya saya di Al-Quran. Sungguh bila kita benar benar berpedoman pada Al-Quran dan Al-Hadits insya Allah kita akan menjadi orang yang ditenangkan hatinya oleh Allah dan insya Allah termasuk golongan jiwa jiwa yang tenang (Al-Fajr Ayat 27).

Insya Allah nanti dilanjutkan pada seri hikmah Al-Quran selanjutnya …

-waktusubuh-

Spread the love