Diary Ramadhan : Edisi tanggal 14 Ramadhan 1430 H

Oleh: Faizah Fulyani

Malam ini aku mencoba berdialog dengan hatiku yang tampak selalu saja menangis di tengah keheningan malam.
Ketika semua orang masih terlelap dengan impiannya masing-masing dia setia menemani mata ini bersedih, menangis bersama

Lalu akupun bertanya,
Kenapakah engkau selalu saja bersedih wahai hati, tidak lelahkah engkau menghabiskan waktu malam-malam mu bersama mata yang memerah, basah dengan air mata..
Dia terdiam sejenak,..berusaha mengumpulkan segenap kekuatannya….terbata ia berucap

Tahukah apa yang membuatku bersedih?.. aku merasa sendirian,.. tanpa ada yang benar-benar mencintaiku…tahukah dirimu perasaan itu mencabik-cabik, menorehkan rasa yang teramat luar biasa sakit pada diri ini, membuat malam-malamku terjaga dan tergenang air mata….pedih sekali.

Aku terdiam..memikirkan tentang cinta yang ia maksudkan, lalu aku pun bertanya lagi pada diriini benarkah.., benarkah demikian adanya?

Jika kupikirkan lagi tentang diriku..mungkin hati ini benar..mungkin ia benar adanya

Tuhan, Adakah Engkau mencintai diri yang hina ini?
Tuhan, Aku tak perlu memberitahuMu lagi bukan?, Engkau lebih tahu adanya, betapa hina dan berdosanya diri ini, siapakah aku ini begitu durhaka kepadaMu, Siapakah aku yang doá nya berhak untuk didengar …yang masih jauh dari ikhlas..malangnya jika seandainya aku tidak dicintai olehMu Ya Rabb, yang menciptakan, yang membuatku ada didunia ini, yang kepadaMu aku kembali..

Nalarku tiba-tiba saja mengelak, Hei…apakah namanya bukan cinta, Ia yang memberi nafas kehidupan di setiap pagimu, ketika engkau membuka mata.. mentari bersinar di kedua matamu, kicauan burung bernyanyi ditelingamu, angin menggelitik di kulitmu..Dia memberimu kesempurnaan, kesempatan dan perlindungan, apatah itu kalau bukan cinta..

Aku terdiam dan bertanya lagi,..

Tuhan, apakah aku dicintai kedua orang tuaku? aku aku mengajukan pertanyaan ke dua….

tentu saja, nalarku menjawab, ibumu mengandungmu selama sembilan bulan, ayah ibumu membesarkanmu dengan segenap terbaik yang mereka miliki, menyekolahkanmu di tempat terbaik, menggenapkan segala kebutuhanmu diatas kebutuhan mereka, memberimu tempat bernaung, mendoakanmu..apatah yang hendak kau katakan jika itu bukan cinta..

Aku pun berdiam dan melanjtkan pertanyaanku

Tuhan, apakah adikku mencintaiku?

Hmm suara itu kembali menjawab..apatah kalau bukan cinta ketika ia datang menghiburmu dengan risoles kesukaanmu ketika engkau bersedih saat kau pikir kau kehilangan kesempatan bersekolah di sekolah impianmu, bagaimana ketika ia menemanimu semalaman untuk laporan yang engkau kerjakan begadang, pun bahkan membantumu mengetikannya, apakah bukan cinta secangkir teh hangat sehabis kau pulang dari kampus, apakah bukan cinta pelukannya saat itu…..

Aku kembali diam membisu dan melanjutkan

Tuhan, bagaimana dengan teman-temannku, adakah mereka mencintaku..adakah aku diingat dan didoakan..apakah benar mereka mencintaiku seperti doa yang sering kami ucapkan bersama..?

Tiba-tiba saja aku teringat ketika aku sakit.. ada tangan yang membantu memijitiku semalaman..walau saat itu ia terkantuk-kantuk dan kelelahan..ketika aku kesulitan di ujianku ada yang bersedia belajar bersama walau ia jadi terhambat karena itu, berjuang bersama..ketika aku lapar ada yang dengan suka rela memasakanku makanan yang enak..ketika kau berulang tahun dan sendirian ad ayang memberiku kejutan yang begitu manis..ketika aku bersedih ada sepasang telinga yang mendengarkan..apakah bukan cinta?
mendengar itu..aku terdiam..titik-titik air mata ku berlomba berjatuhan satu persatu.
Hati ku sakit, kerongkonganku tercekat, semua jawaban yang kudengar aku tahu..aku tahu bahwa aku tidaklah kekurangan cinta..begitu banyak cinta melimpah disekelilingku, hanya saja diri ini tidak tahu bagaimana seharusnya menerima cinta. Ia tidak tahu bagaimana seharusnya mensyukuri cinta itu..hari-harinya jauh dari syukur.. cinta yang datang padanya..karena itu ia tetap merasa sendiri dan kekurangan cinta..nikmat itu..

Maka nikmat tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan

Lalu akupun teringat kembali bahwa nikmat itu seharusnya dekat dengan syukur dan cinta itu adalah nikmat..

“ Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”

Pada akhirnya aku menyadari, bukan cinta yang tidak mendatangi ku, tapi aku yang mengabaikan cinta, barangkali aku lah yang tidak layak dicintai

Wahai cinta engkau selalu mendatangiku bukan? tapi aku tidak pernah mensyukurimu..hingga ketika kini hatiku merasa sepi tanpa cinta, itu adalah teguranku..

Tahukah aku tidak akan mengeluh lagi.. biarlah jika cinta tidak mendatangi hati ini, aku punya banyak cinta di sini..aku akan membaginya..dunia butuh cinta bukan? aku punya banyak… aku akan berhenti mengeluhkan bahwa aku tidak merasa cinta, aku dicintai itu jelas adanya jika hati ini belum merasakannya ku yakin suatu saat nanti ia akan merasakannya..aku akan perbuat apa yang bisa kulakukan aku akan mencintai..mencintai orang2 yang dulu kuabaikan cintanya..
Bagaimana?..aku akan mensyukuri semua yang diberikan Allah kepadaku, cinta terbesar Sang pencipta pada ciptaannya..seterusnya pada orang2 disekelilingku..pada bangsaku..pada dunia..untuk Islam..

somehow i feel stronger ..semoga bisa kuwujudkan..
jikalau aku memang belum layak untuk dicintai kini maka aku akan berusaha hingga kelak aku layak untuk dicintai

Kelayakan dicintai adalah definisi dari sebuah kapasitas diri.
Kapasitas yang diukur dari sejauh mana diri kita memiliki harga.
Dalam wujud amal nyata dan peran-peran yang berbukti.
Bukan status , apalagi sekedar hiasan performa dan gincu-gincu kepalsuan.
Nilai umum dari orang yang layak dicintai adalah kemanfaatan dirinya bagi kehidupan , bagi sesama, dan bagi keberlangsungan hidup diri dan orang lain

Groningen..3 Maret 2008.. ketika menatap remang lampu jalan jam satu malam

Spread the love