Gerbang

 Avatar

Diary Ramadhan – Edisi 1 Ramadhan 1433H

Oleh: Abdul Muizz Pradipto

Mari bermimpi. Bayangkan sebuah negeri jauh di sana. Lokasinya sempurna, iklimnya tiada cela. Cuacanya sangat nyaman. Suhunya selalu pas: hangat tapi tak pernah terlalu panas dan sejuk tapi tak pernah terlalu dingin. Bersih dan bebas dari polusi.

Aneka rupa buah-buahan dan sayuran ada di sana. Yang paling eksotik hingga yang paling umum dijumpai di pasar. Sebut saja apapun buah kesukaan kita: nangka, alpukat, kiwi, arbei, mangga, melon, … apa saja. Durian pun kalau memang suka ada juga di sana, hanya bedanya, durian ini tak mengandung kolesterol berbahaya bagi tubuh. Tapi apakah mahal? Tidak, semuanya cuma-cuma, tak ada yang perlu dibeli, ambil atau petik saja kalau mau. Karena semua tanaman dan buah-buahan kesukaan itu ada di kebun rumah masing-masing. Bahkan kalau suka, ada mas-mas atau mbak-mbak pelayan yang selalu siap menyajikan. Pelayan ini murni fasilitas yang disediakan untuk setiap orang yang tinggal di negeri itu. Tak perlu repot mencari pembantu, dan tak perlu pusing menggajinya.

Suasana di negeri ini amat tenang. Tak pernah terdengar teriakan, suara orang marah, tangisan anak kecil di malam hari, demonstrasi, bunyi klakson, sirine ambulans, mobil polisi, apalagi pemadam kebakaran. Tapi juga tak pernah terlalu sepi, karena warganya senantiasa saling mengunjungi dan menebarkan salam. Tak ada hiruk-pikuk macam-macam, tak ada gosip dan infotainment, tak ada orang sikut sana-sini, karena memang tak ada orang yang picik di sana. Hanya suara-suara menyenangkan saja yang terdengar.

Tertarik bermigrasi ke negeri itu? Tapi tunggu, itu belum semuanya.

Orang-orangnya tampan dan cantik, pastinya sejuk sekali dipandang. Tiap orang memiliki pasangan dan keluarga. Di negeri ini ada pasar yang rutin dikunjungi para kepala keluarga tiap pekan. Entahlah apa yang diperjual belikan di sana. Uniknya, tiap kali para lelaki ini pulang kembali dari pasar ini ke rumah, istrinya takjub dengan tampilan suaminya: wajah dan pakaiannya lebih menawan dan tampan dibanding saat berangkat. Tak ada istilah muka kusut dan wajah yang lelah. Tak hanya itu, para suaminya pun takjub dengan kondisi istri yang ditinggalnya di rumah, karena mereka makin cantik dan rupawan. Cantiknya teramat cantik. Kalaulah ada seorang saja hadir ditengah kita sekarang, niscaya semua akan terpesona memandang, lantaran cantik, berseri-seri dan wanginya. Yang pria pun demikian, Amat tampan. Untungnya di negeri itu wajah-wajah cantik dan tampan ini ada di tiap rumah; itulah para suami/istri tiap warga di sana. Jadi tak perlu khawatir terjadi insiden tabrakan mobil lantaran si sopir terpesona pada wajah cantik yang lewat dan tak melihat lagi ke jalan.

Bangunan-bangunan rumahnya sangat indah, mirip istana. Dan sebetulnya memang istana. Tiap rumah itulah istananya. Dan semuanya istana seperti itu, tak ada satupun rumah yang bentuknya biasa-biasa saja. Apalagi gedung flat dengan pemandangan jemuran sprei di depannya, atau rumah tinggal yang tak terurus tamannya. Sudah begitu, tiap rumah ini luas dan lapang, sangat lapang. Bukan rumah satu kamar tidur yang hanya cukup untuk satu pasangan, tapi juga keluarga itu plus para pelayannya (jangan lupa, ada banyak pelayan yang selalu siap melayani). Di mana-mana ada hamparan dan bantal untuk bermalas-malasan. Bukan sembarang hamparan, tapi dari sutra. Tentu tak perlu repot menyedot debunya. Ranjang-ranjangnya amat nyaman dan indah, penuh dengan perhiasan emas dan perak.

Bagaimana dengan kebunnya? Tiap istana memiliki kebun ini. Di tiap kebun itu tersedia tanam-tanaman dan buah-buahan yang selalu siap dipetik. Di bawahnya mengalir sungai-sungai. Sungai kawan, bukan air mancur. Bayangkan betapa luasnya kebun ini. Bukan satu sungai, tapi beberapa sungai. Ada sungai dari air yang selalu segar, ada sungai dari susu yang selalu enak dan tidak eneg, ada sungai dari madu yang tersaring dengan sempurna, bahkan ada sungai dari khamr yang di tempat lain diharamkan. Khamr dari sungai ini tak pernah membuat pening kalau diminum, jadi dapat diminum sepuasnya. Tak pernah kering sungai-sungai ini, selalu mengalir.

Tapi apa mungkin ada negeri seperti ini?

Yakinlah, negeri ini ada, dan keindahannya jauh melebihi apa yang ada dalam tulisan ini. Dan meyakini adanya negeri ini adalah bagian dari keimanan. Begitulah Allah dan Nabi-Nya menggambarkan negeri ini: Surga.

Sangat indah, sangat luas. Bagaimana tidak luas, tiap kapling rumahnya seluas dunia ini, bahkan lebih luas lagi. Penduduk neraka yang terakhir sekali keluar dari neraka untuk masuk surga, masuk surganya pun dengan merangkak-rangkak, seluas apa kapling surga baginya? Seluas dunia dan 10 kali semisalnya. Demikian Rasulullah SAW menuturkan.

Sahabat sekalian, gerbang negeri surga ini mulai hari ini dibuka lebar-lebar. Ada satu gerbang, arRoyyan namanya, yang hanya disediakan untuk mereka yang berpuasa. Pada saatnya nanti, gerbang ini akan memanggil-manggil, mana orang yang berpuasa? Lalu masuklah orang-orang yang berpuasa itu, tak perlu visa, dan ketika semua sudah masuk, gerbang ini tertutup rapat-rapat. Tak ada lagi yang bisa masuk dari pintu gerbang ini. Inilah hadiah yang Allah siapkan bagi mereka yang berpuasa.

Tapi 18,5 jam?

Mari duduk kembali, dengarkan kembali cerita lisan Rasul yang mulia. Orang yang paling sengsara di dunia dan termasuk penghuni surga didatangkan lalu ditempatkan dalam surga sebentar saja, lalu ditanyakan, “apa kau pernah merasa sengsara?” ia menjawab, “Tidak wahai Rabb, aku tidak pernah merasa sengsara dan melihat kesengsaraan sedikit pun.”

================================

Selamat menunaikan ibadah puasa dan menikmati jamuan Allah di bulan Ramadhan.

Spread the love
        
  

One response to “Gerbang”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

17 − 14 =

Chat dengan pengurus deGromiest!
#
Agent (Online)
×

Kami di sini untuk membantu. Ngobrol dengan kami di WhatsApp untuk pertanyaan apa pun.