Diambil dari blognya mas Ismail Fahmi
http://ismailfahmi.org/wp/archives/74
Jamu apa ini? Galian Rogo? Biar badan yang capek bisa segar bugar?
Dugaan anda tidak terlalu salah. Meskipun jauh berbeda namun ada miripnya. Yang satu ini untuk obat hati. Hati yang sempit karena belitan ekonomi semoga sedikit menjadi lebih lapang. Juga sebaliknya, hati yang tidak tenang karena terlalu banyak uang semoga bisa lebih bahagia setelah mendermakannya. Itulah Galiro, singkatan dari Gerakan Lima Euro.
Ide gerakan yang dimulai oleh mahasiswa Indonesia di Groningen ini sebenarnya sangat sederhana. Siapapun bisa memikirkan dan menjalankannya. Setiap bulan, secara rutin kita menyisihkan (bukan hanya disisihkan saja, tapi kemudian dikumpulkan ya) sebagian uang ke sebuah pundi. Jumlahnya tidak terlalu besar, hanya seharga satu porsi kebab. Sebuah angka satu digit tanpa nol, lima Euro saja. Jumlah ini kalau ditransfer ke Indonesia berubah jadi besar sekali, tambah empat nol di belakangnya. Di sana bisa digunakan untuk membeli lebih banyak kebab (kalau ada), atau agar lebih berguna, untuk membantu saudara-saudara kita yang tidak bisa membayar biaya sekolah, atau yang terkena musibah seperti banjir, tanah longsor, dan kekeringan. Yang terakhir ini sepertinya sudah menjadi langganan yang tidak pernah diharapkan oleh siapapun.
Penggalangan Dana
Bagaimana lima Euro itu terkumpul dalam satu pundi amal? Dan yang lebih penting lagi: konsisten? Mudah sekali. Dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi Internet lewat electronic banking, mahasiswa (dan siapapun yang ingin menjadi donatur) cukup memerintahkan Bank untuk mentransfer lima Euro setiap bulan ke rekening Galiro nomor P1087096 di POST BANK Groningen. Mereka juga bisa menentukan kapan Bank harus berhenti mentransfer (misal karena harus kembali ke Indonesia). Cara lain adalah membayar tunai ke bendahara pada saat pertemuan bulanan (biasanya saat pengajian bulanan). Agar tidak pusing karena harus ingat membayar tiap bulan, kebanyakan mereka membayar di muka misal 50 Euro untuk sepuluh bulan ke depan.
Tidak lebih dari 7 bulan sejak pertama kali secara resmi dibuat pada Oktober 2005, pundi amal Galiro kini telah berisi 1.669,19 Euro. Kok ada ekor 19 Euro-cent? Ternyata bukan hanya mahasiswa dan orang dewasa yang menjadi donatur. Anak-anak pun bisa diajak belajar mencintai anak yatim dan orang miskin. Di Belanda mereka tidak bisa melihat rumah kumuh dan anak-anak miskin. Di sini rumah bagus-bagus. Sehingga, untuk menumbuhkan jiwa sosial, mereka diajak memberikan sebagian uang tabungannya kepada anak-anak miskin melalui Galiro. Misalnya Malikâ€â€anak salah seorang mahasiswa di Groningenâ€â€pada ulang tahun ke empat membuka tabungannya dan memberikan 12.19 Euro buat teman-temannya yang miskin di Indonesia.
Sebanyak 55 orang donatur telah menyalurkan sumbangannya ke pundi Galiro. Sebagian besar mahasiswa, namun ibu rumah tangga dan anak-anak juga ada di antara daftar penyumbang. Cukup banyak yang menjadi donatur tetap (mentransfer secara otomatis melalui bank) atau yang membayar di muka untuk beberapa bulan ke depan (hingga masa studinya habis).
Dana juga dapat dikumpulkan secara kreatif, tidak hanya mengandalkan pemasukan dari donatur. Misalnya, Palmira, seorang mahasiswa Master di Universitas Groningen, membawa puluhan kerudung batik dari Indonesia saat silaturahmi bulanan. Dia jual 5 Euro per potong kepada teman-temannya. Sedikitnya 14 potong terjual dan menghasilkan 80 Euro untuk dicemplungkan ke pundi Galiro. Ide lain adalah dengan menjual kue dan makanan ke masyarakat Indonesia di Groningen. Di kota ini ada perkumpulan keluarga asal Indonesia yang mengadakan silaturahmi tiap bulan. Bude Nanie, salah seorang anggota perkumpulan tersebut, mengatakan bahwa peluang jualan ini cukup besar. Syaratnya, Galiro sebaiknya menjadi yayasan terlebih dahulu.
Penyaluran
Jika ditanya tentang siapa yang berhak menerima dana dari pundi Galiro, ibaratnya kita menebarkan dengan mata tertutup dan dana itu kemungkinan besar sampai ke orang yang membutuhkan. Krisis ekonomi yang belum mereda serta bencana alam yang rutin menyambangi Indonesia telah menghasilkan semakin banyak orang yang hidup di bawah garis kemiskinan serta yang membutuhkan bantuan. Oleh karena itu, dana yang tidak seberapa dibanding dengan kebutuhan tersebut difokuskan pada program pendidikan dan untuk membantu korban bencana alam.
Pada bulan November 2005 Galiro menyalurkan 300 Euro (Rp 3.526.200) kepada 14 orang mahasiswa Universitas Indonesia di Jakarta penerima beasiswa Etos Dompet Dhuafa. Penyaluran kedua pada bulan Januari 2006 sebesar 250 Euro untuk infaq pendidikan dan penanganan bencana di Jember dan Banjarnegara. Laporan penerimaan dan penggunaan dana ini bisa dilihat secara transparan di situs Galiro.
Saat ini sedang dipersiapkan penyaluran rutin ke pos lain seperti untuk program adik asuh (2-4 orang) usia SD sampai SMA di Bandung bekerjasama dengan Ikatan Alumni deGromiest. Galiro juga sedang menjajaki kerjasama dengan Pusdakota (Pusat Pemberdayaan Komunitas Perkotaan) Surabaya untuk program CONFIDENT (Center on Difable Community Development and Empowerment) yang berupaya mendorong terwujudnya integrasi total kehidupan komunitas Difable dalam masyarakat yang mampu mengembangkan potensi dirinya dan mampu memberikan kontribusi dalam menyelesaikan persoalan di masyarakat. Program ini dimotori oleh Bahrul Fuad, seorang master alumni program NOHA (International Humanitarian Action) di Universitas Groningen.
Gerakan Kemanusiaan
Meskipun Galiro dilahirkan dalam lingkungan mahasiswa muslim Groningen (deGromiest), namun gerakan yang sedang dipersiapkan menjadi sebuah yayasan ini tidak membawa label agama tertentu. Gerakan ini adalah gerakan kemanusiaan, siapapun bisa memanfaatkannya untuk membantu atau mendapatkan bantuan.
Yang penting untuk disebarluaskan dari Galiro ini adalah semangat untuk membantu sesama melalui pengorganisasian hal-hal yang mudah dan sederhana. Mencari siapa yang akan menerima dana bukanlah hal yang sulit (yang penting adalah transparan dan ada laporan jelas). Yang menjadi tantangan tersendiri dalam organisasi ini adalah pengumpulan dana: Bagaimana kita bisa mendapatkan donatur dan pemasukan rutin sebanyak mungkin namun tetap dilandasi oleh keikhlasan. Jika semangat ini bisa direalisasikan di kota-kota lain di Belanda, tentu jumlah pundi akan semakin banyak (semoga juga jumlah isinya). Untuk itu, dalam Kajian Islam Intensif Akhir Tahun (KIIAT) yang diadakan di masjid Ridderkerk Rotterdam pada akhir 2005 Galiro diperkenalkan kepada peserta yang hadir dari kota-kota lain di Belanda. Mereka berencana membentuk Galiro-Galiro di tempat masing-masing.
Mari kita mulai dari diri sendiri, mulai dari yang kecil, mulai sekarang juga.
Kontak Galiro
Situs web:
http://galiro.degromiest.nl
Bank:
Galiro
P1087096
POST BANK Groningen
Assalamualaikum, allemaal! Alhamdulillah bulan November ini Allah SWT karuniakan kemampuan kepada kita untuk kembali menjalankan…
Assalamu'alaikum, allemaal ✨ Alhamdulillah, Oktober menjadi bulan yang penuh berkah bagi komunitas DeGromiest. Berbagai kegiatan…
Assalamualaikum, allemaal! September ceria...September ceriaaa Alhamdulillahirabbil 'alamiin, atas izin Allah, bulan September 2024 ini memuat…
Bulan Agustus selalu membawa semangat yang khas bagi setiap warga negara Indonesia. Tidak hanya di…
#Latepost Sangat penting untuk menjaga semangat iman dan takwa pasca Ramadan dan Idul Fitri 2024…
30 Juni 2024. Serunya menghabiskan hari Minggu bersama Ayah! Di kegiatan Pengajian Anak DeGromiest kali…