Dari sekian banyak jenis penyakit mata, glaukoma menjadi salah satu penyebab kebutaan yang tak dapat dipulihkan. Seseorang yang menderita penyakit ini umumnya akan kehilangan lapangan pandangnya sedikit demi sedikit, mulai dari tepian, hingga akhirnya hanya tertinggal lapangan pandang di pusat atau tengah penglihatan. Keadaan ini bisa mirip semisal Anda berada dalam sebuah terowongan, dan hanya bisa melihat ke sumber cahaya di depan, sementara sekeliling Anda gelap dan tak terlihat apapun. Tentu saja ini hanya perumpamaan, karena pada kebutaan akibat glaukoma, lapangan pandang yang hilang bukan menjadi gelap, namun hilang begitu saja dari pandangan. Mungkin bisa dibayangkan sebagai ketidakmampuan kita melihat apa-apa yang ada di belakang kepala kita… tidak gelap… hanya saja tidak terlihat..

Kembali ke glaukoma… Banyak orang bertanya kepada saya apakah glaukoma itu. Atau orang yang punya pengalaman walau sedikit, akan bertanya apakah glaukoma itu penyakit mata dengan tekanan bola mata yang tinggi. Tentu saja ada unsur kebenaran dalam pernyataan terakhir, hanya saja tidak seluruhnya.

Glaukoma sebenarnya merupakan salah satu penyakit saraf mata, di mana sel-sel saraf di selaput jala mata mengalami kematian satu demi satu. Kematian sejumlah kecil sel saraf mungkin tidak akan menimbulkan gejala. Namun, apabila sudah ada sejumlah besar sel saraf yang mati, mulailah muncul gejala-gejala kehilangan penglihatan. Misalnya sulitnya melihat di tempat dengan pencahayaan kurang, atau kesulitan menuruni anak tangga, dan masih banyak lagi macam gejala yang ada, tergantung pola kehilangan penglihatan yang terjadi dan tergantung masing-masing orang.

Lalu, di mana peran tekanan bola mata dalam keadaan ini? Bukankah penderita glaukoma banyak yang mengeluhkan sakit karena tekanan bola matanya naik?

Orang-orang dengan tekanan bola mata di atas kisaran lazim, akan memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami glaukoma. Jadi tekanan bola mata tinggi tidak sama dengan glaukoma, demikian pula sebaliknya. Tekanan bola mata yang lazim atau normal untuk satu orang, mungkin berbeda untuk orang lain. Jadi sebaiknya Anda mencari informasi ini langsung dengan dokter yang memeriksa mata Anda, untuk menghindari kekeliruan informasi.

Menutup tulisan ini, ada baiknya kita merenungkan dua ayat Al Qur’an atas ni’mat penglihatan yang telah dianugerahkan oleh Allah swt. Sudahkah kita bersyukur?
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur
Q.S. An-Nahl(16) : 78
Katakanlah: “Dia-lah yang menciptakan kamu dan menjadikan pendengaran, penglihatan dan hati nurani bagi kamu. (Tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur”
Q.S. Al-Mulk (67): 23
Aditya Hernowo, 2010
PhD Medical Science, RuG
Tulisan diedit dari versi asli di blog pribadi penulis
http://catatanhernowo.blogspot.com/
Spread the love