Diary Ramadhan: Edisi tanggal 22 Ramadhan 1430 H.
Oleh: Wahono
Ini tuh mahal bung !
     Iman adalah mutiara
     Dalam hati manusia
     Yang meyakini Allah
     Maha Esa Maha Kuasa
     …..
     …..
     Iman tak dapat diwarisi
     Dari seorang yang bertaqwa
     Ia tak dapat dijual beli
     Ia tiada di tepian pantai
Begitulah sepenggal nasyid yang dipopulerkan oleh Raihan. Lirik yang sederhana namun sarat akan makna. Ada juga sebuah lagu yang saya dapati saat saya mengenyam pendidikan di pesantren (gaya bener nih di pesantren), pesantren kilat maksudnya, kurang lebih 9 tahun silam.
Ya Allah kupanjatkan syukurku kepadaMu
Betapa banyak nikmat yang telah kau berikan
Nikmat iman
Nikmat islam
Nikmat sehat kurasakan
Ilmu, waktu luang, dan rizki kau curahkan
Yang sampai saat ini pun saya tidak tahu siapa yang mempopulerkannya (penasaran nih, siapa ya yang ngebawainnya). Kalau dipikir-pikir juga sangat benar apa yang dibawain itu. Bahwa iman itu adalah nikmat terbesar yang patut kita syukuri. Tidak ada sebuah bencana terbesar selain kehilangan iman. Mungkin kalau kita kehilangan barang yang sangat kita sayangi, kita bisa nyanyi lagunya Mocca
 …loosing you is not the end of the world…
Tapi kalau kehilangan iman ? Waah.., udah berabe seperti katanya Laluna
Selepas kau pergi
Tinggallah di sini ku sendiri
Kumerasakan sesuatu
Yang telah hilang di dalam hidupku
Iman ada dalam hati kita, mewarnai setiap aktivitas kita, bukan semata-mata datang begitu saja. Ia adalah sesuatu yang harus diusahakan, di sisi lain Allah jua yang berkehendak. Masih ingatkah tentang kisah Rasulullah Muhammad Saw yang mengumpulkan Bani Fihr dan Bani ‘Adi di atas Bukit Safa ? Di tempat itulah Rasulullah Muhammad Saw bertanya
“Apakah kamu sekalian akan percaya atau tidak sekiranya aku ceritakan bahwa di balik bukit ini ada sekumpulan musuh yang akan menyerangmu ?â€
Lalu mereka menjawab
“Sudah pasti kami akan mempercayaimu karena kami belum pernah mendengar percakapan dusta darimuâ€
Lalu kemudian Rasulullah pun melanjutkan
“Sesungguhnya aku ini pembawa berita…â€
Sontak saja, kaum yang berkumpul itu menolak keras seruan Rasulullah Saw, bahkan paman beliau Abu Lahab menentangnya dengan keras seraya berkata
“Binasalah engkau Muhammad, apakah untuk ini saja engkau mengumpulkan kami ?â€
Subhanallah.., begitu kerasnya tentangan dari kaumnya. Kebayang, seandainya kita ada di antara barisan kaum yang mendengar seruan itu. Bisa jadi kita menjadi salah satu penentang Rasulullah yang utama, na’udzubillah…
Sungguh, hidayah itu hanyalah hak mutlak Allah semata. Tiada daya upaya kita untuk menggerakkan hati kecuali ada hidayah dari Allah SWT. Perlu kita garis bawahi bahwasanya hidayah itu bukan saja term yang digunakan untuk menyatakan adanya seseorang yang kemudian memeluk Islam. Tapi hidayah di sini diartikan secara luas sebagai petunjuk, penggerak, arahan ilahi. Ketika kita tidak tergerak untuk shalat, lalu kita tergerak untuk shalat, berarti kita telah mendapatkan hidayah. Ketika kita tergugah untuk beramal sedangkan sebelum-sebelumnya kita jauh dari aktivitas ini, itu juga dapat disebut bahwa kita mendapat hidayah. Di sisi lain hidayah itu tidak terlepas dari ikhtiar kita sebagai manusia. Begitu banyak orang yang akhirnya menemukan iman itu dari pekerjaannya, penemuan-penemuan, bahkan dari akhlak seorang muslim sekalipun.
Menarik, salah satu contoh kecil di kawasan Selwerd ini. Dalam 3 bulan terakhir, saya menjumpai beberapa orang Belanda yang akhirnya menjadi muslim. Di masjid sederhana itulah kadang dalam 2 minggu sekali ada saja orang yang bersyahadat, subhanallah. Ternyata ada kisah yang saudara-saudara kita itu sangat berusaha keras mencari Tuhan sampai akhirnya mendapatkan hidayahNYA. Mungkin saudara-saudara kita itu mengadopsi lagunya Blink 182
…….
We’ll never give up, it’s no use
……
Marilah kita jaga sesuatu yang tak ternilai harganya ini. Sesuatu yang dapat membuat kita tersenyum saat kita berjumpa dengan Rabb Penguasa Semesta.
Yaa muqallibal quluub, tsabbit qalbii ‘alaa diinika
Duhai Allah Pengenggam jiwa-jiwa ini, Yang Maha Membolak-balikan hati ini, tetapkanlah hati ini pada jalanMu.
Tidak ada seorang manusia pun kecuali qalbunya berada di antara dua ketetapan Allah SWT. Barangsiapa yang Dia kehendaki , Dia luruskan, dan barangsiapa yang Dia kehendaki, Dia biarkan dalam kesesatan (H.R. Ahmad dan Tirmidzi)
~Wahono~